“Anak itu (Filippo Inzaghi) pasti terlahir offside” – Sir Alex Ferguson
(speakbola.com) – Demikianlah kalimat yang dilontarkan oleh mantan pelatih Manchester united, Sir Alex Ferguson mengomentari cara bermain Filippo Inzaghi yang khas. Selain itu, Sir Alex juga menyebut Inzaghi sebagai pemain yang tidak banyak bergerak. Melihat bagaimana Inzaghi mencetak gol, seperti melihat seorang balita menendang bola ke gawang kecil yang sedang dijaga oleh ayahnya. Lemah, lambat, biasa, tapi berbuah gol.
Karir Sepak Bola Filippo Inzaghi
Filippo “Pippo” Inzaghi lahir pada tanggal 9 Agustus 1973 di Piacenza, Italia. Pemain berkebangsaan Italia ini menempati posisi sebagi seorang striker.
Inzaghi mulai bermain bersama Piacenza Calcio pada saat masih remaja di tahun 1991. Tetapi hanya tampil 2 kali sebelum dipinjamkan ke klub Serie C1, Leffe, di mana dia berhasil mencetak 13 gol dalam 21 pertandingan. Pada tahun 1993, ia pindah ke klub Serie B Verona dan mencetak 13 gol dalam 36 kali penampilannya. Kemudian dia kembali ke Piacenza dan berhasil mencetak 15 gol dalam 37 penampilannya.
Karir Klub Filippo Inzaghi
AC Parma (1995–1996)
Melihat rekam jejak Inzaghi di Piacenza yang berprospek cerah, tahun 1995 AC Parma membelinya. Namun pada musim pertamanya bersama Parma, Pippo hanya mencetak 2 gol dari 15 pertandingan di Serie A, di mana salah satu golnya ia cetak ke gawang bekas klubnya, Piacenza. Ia juga mencetak 2 gol bersama Parma di Piala Winners.
Penampilan Inzaghi yang tidak memuaskan, membuat Parma meminjamkannya ke Atalanta.
Atalanta (1996–1997)
Di sinilah karier Inzaghi bersinar. Satu musim bersama Atalanta, Inzaghi menjadi Capocannoniere atau top skor di Serie A dengan 24 gol dalam 33 penampilan. Ia pun berhasil mencetak gol ke semua gawang lawannya dan pada musim itu pula ia mendapat penghargaan Serie A Young Footballer of the Year. Berkat jasanya, pada pertandingan terakhir Atalanta di musim tersebut ia ditunjuk sebagai kapten.
Juventus (1997–2001)
Setelah pulang dari masa peminjamannya ke Atalanta, Inzaghi harus rela dijual oleh Parma ke Juventus yang membelinya seharga 23 milliar Lira.
Tiba di Juventus bekah justru menghampiri Inzaghi. Di klub inilah ia bertemu tandem hebat, Alessandro Del Piero dan Zinedine Zidane. Bersama Del Piero, mereka berdua menjadi duet maut yang dijuluki Del-Pippo yang ditopang Zinedine Zidane di belakang mereka.
Karir Inzaghi bersama Juventus di musim pertama terbilang sukses. Pippo mencetak 18 gol dari 31 pertandingan di liga dan menjadi penentu Scudetto Juventus lewat hattrick-nya ke gawang Bologna. Sayangnya, di final Liga Champions mereka harus menyerah 0-1 dari Real Madrid.
Selama di Juventus, Inzaghi menjadi pemain pertama yang mencetak 2 Hattrick di Liga Champions ke gawang Dynamo Kyiv dan Hamburg SV.
AC Milan (2001–2011)
Masa awal
Usai 4 musim bersama Juventus dengan torehan 89 gol dari 165 partai, keberadaan Inzaghi mulai tersingkir oleh David Trezeguet. Beruntungnya pelatih Milan, Fatih Terim menyelamatkan kariernya dengan membelinya senilai 70 milliar Lira (45 juta Euro) plus Christian Zenoni pada bursa transfer musim 2001/2002.
Walaupun nasib sepak bolanya terselamatkan, tidak dengan fisiknya. Di musim perdana bersama AC milan Inzaghi cedera dan absen hampir setengah musim. Hanya 10 gol yang ia cetak, dan Milan tersingkir di Piala UEFA.
Masa Keemasan Inzaghi di Ac MIlan
Pada musim 2002/2003 Super Pippo kembali menunjukan ketajamannya, ia menorehkan rekor sebagai pemain pertama yang mencetak 3 kali hattrick di Liga Champions, yang membantu Milan meraih trofi Liga Champions musim itu. Saat di final, Inzaghi mengalahkan bekas klubnya, Juventus, di partai final. Ia dan tandemnya, Andriy Shevchenko adalah duet maut yang disegani. Inzaghi sendiri mencetak 30 gol di semua kompetisi pada musim tersebut.
Dua musim setelahnya, Inzaghi lebih banyak berkutat dengan cedera. Namun ketika pulih, ia tak butuh waktu lama untuk kembali mencetak gol. Di Serie A, ia berhasil menjaringkan bola 12 kali dalam 23 pertandingan, dan 4 gol dalam lima partainya di Liga Champions.
Tahun berikutnya, Inzaghi kembali ikut berperan dalam kemenangan AC Milan di final Liga Champions saat mengalahkan Liverpool dengan skor 2-1. Kemenangan ini sekaligus membalas kekalahan Milan pada musim 2004/2005, di mana Inzaghi tidak bermain karena cedera.
Sebagai juara Liga Champions, Milan berhak tampil di ajang Piala Super Eropa musim berikutnya, dan Inzaghi mencetak gol yang menyamakan kedudukan ketika menghadapi Sevilla, dan akhirnya unggul dengan skor akhir 3-1. Inzaghi pun menutup tahun 2007 dengan dua gol nya ke gawang Boca Juniors pada final Piala Dunia Antarklub, Milan menang 4-2.
Setelah itu, naluri mencetak gol Inzaghi yang mulai tumpul karena cedera kembali tajam. Dalam 15 partai terakhir Serie A, ia mencetak 11 gol.
Ujung Masa Inzaghi di Milan
Pada 8 Maret 2009, Inzaghi mencetak hattrick ketika menghadapi Milan bertemu Torino. Hattrick itu membuatnya menjadi pemain sepak bola yang paling sering mencetak hattrick di Serie A selama 25 tahun terakhir (10 kali). Ia berada di atas Giuseppe Signori (9), Hernán Crespo (8), Roberto Baggio, Marco van Basten, Gabriel Batistuta, Abel Balbo, Vincenzo Montella (7), and David Trézéguet (6). Inzaghi membukukan satu Hattrick untuk Atalanta, empat untuk Juventus, dan lima untuk Milan. Pada musim ini juga ia mencetak gol nya yang ke 300 di Serie A musim itu ke gawang Siena.
Musim 2010-2011, ketika membela milan menghadapi Palermo ia mengalami cedera serius dan mengharuskannya absen hingga akhir musim.
Tim Nasional Italia
Inzaghi pertama kali membela Tim Nasional Sepak Bola Italia pada 8 Juni 1997 saat menghadapi Brazil. Dia masuk dalam skuat Italia pada Piala Dunia 1998, EURO 2000, Piala Dunia 2002, dan Piala Dunia 2006.
Inzaghi adalah top skorer Italia pada kualifikasi Piala Dunia 2002 dan EURO 2004, tetapi pada EURO 2004 ia mengalami cedera sehingga tidak dipanggil.
Walaupun cederanya kambuhan saat tahun 2003 sampai dengan 2005 tetapi pada Piala Dunia 2006 pelatih Italia Marcello Lippi tetap membawanya ke dalam skuat. Dengan berisikan penyerang hebat seperti Alessandro Del Piero, Francesco Totti and Luca Toni, Inzaghi hanya tampil sekali dalam Piala Dunia ini menggantikan Alberto Gilardino pada pertandingan menghadapi Republik Ceska, dan berhasil mencetak satu-satunya gol yang ia lesakkan di Piala Dunia 2006.
Happy birthday to 2006 #WorldCup winner Filippo Inzaghi! 🎂🇮🇹🏆 #ThrowbackThursday pic.twitter.com/yO01auLwNc
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) August 9, 2018
Inzaghi juga adalah pencetak gol terbanyak ke enam untuk Italia dengan 25 golnya. Ia sejajar dengan Adolfo Baloncieri dan Alessandro Altobelli.
Penghargaan Filippo Inzaghi
Bersama Klub:
Piacenza
- Serie B: 1994/95
Juventus
- Serie A: 1997/98
- Piala Super Italia: 1997
- UEFA intertoto cup: 1999
AC Milan
- Serie A: 2003/04, 2010/11
- Piala Italia: 2002/03
- Liga Champions: 2002/03, 2006/07
- Piala Super Eropa: 2003, 2007
- Piala Super Italia: 2004, 2011
- Piala Dunia Antarklub: 2007
Level Tim Nasional:
- Piala Eropa U-21: 1994
- Piala Dunia FIFA: 2006
Inzaghi dan Offside
Pada usia dini, Pippo dilarang bermain sepak bola dengan teman-temannya karena tuduhan terus menerus ‘gantung gawang’. Ia selalu berada sangat dekat dengan gawang tim lawan, menunggu kesempatan untuk mencetak gol.
Dalam biografi tidak resminya tentang Inzaghi, ‘Pippo: A Man Offside’, Tony Davis menulis, Pada sekitar usia 8 tahun, sebuah pertandingan sepak bola remaja berakhir 14-0. Hari itu seorang pemain mencetak 14 gol, Inzaghi muda, meskipun sama sekali tidak melakukan hal lain yang bernilai bagi timnya selain menunggu bola.
Menunggu bola di garis offside adalah salah satu trik jitu Inzaghi. Ia selalu membuat bingung lawan-lawannya yang tidak mengharapkan kehadirannya. Dengan gaya dribble yang khas, penantiannya di garis offside bisa menjamin terciptanya gol bagi timnya.
Namun gaya permainannya yang seperti itu membuatnya amat dekat dengan offside. Sehingga bisa saja terjadi satu pertandingan berlalu tanpa dirinya mencetak gol, tapi tidak mungkin satu pertandingan lewat begitu saja tanpa Inzaghi terjebak offside.
Gaya Permainan Inzaghi
Banyak pernyataan mengatakan bahwa Inzaghi adalah right man on the right time. Caranya mencetak gol bukan seperti Lionel Messi yang berjibaku melewati lawan dan mencetak gol. Atau seperti Cristiano Ronaldo yang melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti. Bukan pula seperti David Beckham yang harus menunggu timnya mendapatkan tendangan bebas untuk melepaskan tendangan akurat.
“Inzaghi itu sama sekali tidak bisa bermain sepakbola. Dia hanya selalu berada di posisi yang tepat.” – Johan Cruyff
Pun Inzaghi terlihat sebagai pemain dengan skill minus karena tidak ada yang spesial dari dirinya. Namun, itu justru menjadi langkah jitu baginya. Tubuhnya kurus, dia tidak memiliki keterampilan yang baik dalam bermain bola. Ia bahkan lebih memilih mundur beberapa langkah daripada berduel, berharap lawan melakukan kesalahan. Tapi sekali lagi, penempatan posisi, itulah kehebatan Inzaghi.
Namun apa yang tampak di pertandingan bukan seringnya bukanlah gambaran lengkap dari kerja Inzaghi sebagai pesepakbola. Ada puluhan jam kerja keras untuk mencetak gol yang tampak seperti keberuntungan dan hadiah.
“Inzaghi biasa menonton pertandingan lawan dan mempelajarinya berhari-hari. Dia tahu segalanya tentang mereka. Dia terobsesi. Banyak yang berpikir Pippo hanya beruntung, tapi keberuntungan tidak berperan. Semuanya berkat kemampuan dan persiapan.” – Gennaro Gattuso, rekan Inzaghi di AC Milan
Inzaghi adalah Inzaghi. Satu-satunya di dunia. Rubrik Offside kali ini khusus dipersembahkan untuk striker yang terlahir offside, Filippo Inzaghi!
Ikuti terusSpeakbolauntuk dapat kabar terbaru dan unik dari dunia sepak bola. Bicara bola ya speakbola aja.