Connect with us

Offside

Tragedi Sepak Bola Paling Tragis: Dari Pesawat Jatuh Hingga Pemain Dibunuh

Tragedi sepak bola tragis

(speakbola.com) – Citra sepak bola biasanya ditampilkan sebagai olahraga yang menyenangkan, semarak, bergelimang kemewahan, penuh sportifitas, dan favorit masyarakat sedunia. Olahraga ini memang memiliki banyak sekali penggemar, hampir di seluruh penjuru dunia. Eropa dan Amerika Latin terutama adalah kawasan yang memiliki euforia sepak bola yang amat tinggi.

Namun di balik citra sepak bola yang demikian ternyata ada beberapa tragedi sepak bola tragis yang pernah terjadi. Berikut 5 tragedi sepak bola tragis yang pernah terjadi, yang dibahas dalam rubrik Offside kali ini.

1. Tragedi Munich 1958

6 Februari 1958, adalah salah satu hari tergelap sepak bola, sebuah pesawat yang membawa tim Manchester United jatuh saat mencoba lepas landas di Munich. Tragedi pesawat jatuh tim sepak bola Manchester United itu menewaskan 23 orang, delapan di antaranya adalah anggota skuad.

Hari itu tim dalam perjalanan kembali ke Inggris usai menjalani sebuah pertandingan Piala Eropa 1957-1958 di Beograd, Yugoslavia, melawan Red Star Belgrade. Pesawat harus berhenti di Munich untuk mengisi bahan bakar sebagai akibat perjalanan non-stop Belgrade ke Manchester.

Setelah mengisi bahan bakar, sang pilot, Kapten James Thain dan kopilot Kenneth Rayment, mencoba lepas landas dua kali. Namun kedua upaya itu harus dibatalkan karena gangguan di mesin.

Khawatir tim terlambat sebab harus menginap lebih dulu di Munich, pilot memutuskan untuk mencoba lepas landas untuk yang ketiga kalinya. Sayangnya sebuah insiden tragis membuat pesawat tidak pernah meninggalkan Munich.

Penggemar berduka karena kehilangan para pemain sepak bola mereka yang meninggal akibat tragedi naas itu. Banyak yang mengkhawatirkan Manchester United tidak akan mampu membangun kembali tim sepak bolanya yang hancur dan terpaksa menghilang di tengah semua tragedi tragis ini.

Namun sebuah keajaiban terjadi, manajer legendaris Sir Matt Busby selamat dari kecelakaan itu. Setelah berminggu-minggu berjuang di rumah sakit, Busby kembali untuk membimbing tim meraih dua gelar liga, satu Piala FA dan satu Piala Eropa sebelum akhirnya pensiun sebagai legenda klub pada tahun 1971.

Para Korban Meninggal:

Kru pesawat

  • Kapten Kenneth “Ken” Rayment, Kopilot (selamat dari kejadian tetapi mengalami cedera parah dan meninggal tiga minggu kemudian)
  • Tom Cable, pramugara

Penumpang

Pemain Manchester United
  • Geoff Bent
  • Roger Byrne
  • Eddie Colman
  • Duncan Edwards (selamat dari kecelakaan, tetapi meninggal 15 hari kemudian)
  • Mark Jones
  • David Pegg
  • Tommy Taylor
  • Liam “Billy” Whelan
Staf Manchester United
  • Walter Crickmer, sekretaris klub
  • Tom Curry, trainer
  • Bert Whalley, kepala pelatih
Wartawan dan Jurnalis
  • Alf Clarke, Manchester Evening Chronicle
  • Donny Davies, Manchester Guardian
  • George Follows, Daily Herald
  • Tom Jackson, Manchester Evening News
  • Archie Ledbrooke, Daily Mirror
  • Henry Rose, Daily Express
  • Frank Swift, News of the World (mantan kiper Inggris dan Manchester City. Meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit)
  • Eric Thompson, Daily Mail
Penumpang lain
  • Bela Miklos, agen perjalanan
  • Willie Satinoff, supporter dan teman dekat Matt Busby.

2. Tragedi Stadion Heysel 1985

Salah satu tragedi sepak bola terkelam di Eropa. Tragedi yang lebih populer dengan nama Heysel Stadium Disaster ini terjadi pada 29 Mei 1985. Insiden kelam itu terjadi satu jam jelang pertandingan final Liga Champions antara Juventus melawan Liverpool di Stadion Heysel, di pusat kota Brussel, Belgia.

Tak ada yang mengira kalau final tersebut akan berujung petaka. Kerusuhan bermula ketika penggemar Liverpool tidak terima dengan jatah jumlah penonton yang diberikan panitia, mereka hanya mendapat dua sektor sementara Juventus mendapat 3 sektor.

Saat itu, ada satu sektor lainnya di belakang gawang yang diperuntukkan bagi penonton netral dari Belgia. Masalahnya, satu sektor netral itu malah diisi oleh penonton yang mayoritas pendukung Juventus dari Belgia. Parahnya lagi, batas antara dua sektor netral yang dihuni penggemar Juventus dan penggemar Liverpool hanya terbuat dari kawat tipis dan pagar betis polisi yang jumlahnya tidak seberapa.

Awal Tragedi Heysel 1985

Bermula dari aksi saling ejek, kedua suporter tersebut kemudian saling melempar botol dan bongkahan batu stadion. Meskipun disebut sebagai stadion utama di pusat kota, kondisi stadion Heysel tidak layak. Beberapa bagian stadion tersebut terlihat berceceran. Bahkan dilaporkan juga banyak penggemar Liverpool yang menyelinap melalui celah-celah tembok yang memang sengaja mereka jebol.

Perwakilan dari dua petinggi masing-masing klub sudah mengkhawatirkan kondisi Stadion tersebut sebetulnya. Namun setelah mengajukan usulan kepada UEFA Untuk memindahkan pertandingan ke stadion yang lebih layak, permintaan mereka ditolak.

Karena aksi saling lempar dirasa tidak cukup oleh para penggemar Liverpool. Mereka yang disebut sebagai Hooligans nekat memanjat pagar untuk menyerang langsung para Tifosi Juventus. Suporter Juventus yang berada di tribun dekat Liverpool bukanlah garis keras, mereka memilih untuk tidak melawan, terlebih kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Mereka pun mencoba kabur ke tembok pembatas dan dari situlah tragedi sepak bola paling tragis terjadi.

Tembok Stadion Heysel Runtuh

Bukan hanya penggemar Juventus yang tak kuasa menahan kegilaan fans Liverpool, tembok stadion Heysel yang sudah rapuh pun tak kuasa menahan beban yang sedemikian berat. Tembok runtuh, suporter berjatuhan. Diberitakan sejumlah 39 suporter meninggal akibat terinjak-injak, dan 400 lainnya mengalami cedera parah.

Melihat para rekan diserang oleh para Hooligans, Tifosi Juventus yang berada di sektor seberang mencoba melawan namun petugas keamanan yang siap untuk mencegah insiden yang lebih parah, berhasil meredam aksi berbahaya tersebut.

Meski terjadi kekacauan, pertandingan tetap dilanjutkan. Alasannya pihak penyelenggara sudah berdiskusi dengan sejumlah pihak terkait dan tidak ingin para suporter semakin gelap mata akibat pertandingan dibatalkan.

Pada partai final itu, Juventus berhasil menang dengan skor 1-0, berkat gol yang dicetak oleh Michelle Platini melalui titik putih di menit ke-56.

Buntut dari tragedi Heysel, UEFA menjatuhi hukuman larangan bertanding 5 tahun bagi tim-tim Inggris. Khusus Liverpool, 6 tahun. Di samping itu, 14 suporter Liverpool yang dianggap menjadi biang keladi tragedi sepak bola paling mengerikan ini dihukum 3 tahun menginap di hotel prodeo.

3. Tragedi Hilsborough 1989

Sabtu 15 April 1989, semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest akan dimulai pukul 15:00. Pertandingan ini akan diadakan di kandang Sheffield Wednesday, Hillsborough. Seluruh 54.000 tiket ludes terjual pada siang hari.

Pada hari pertandingan, beberapa suporter sudah mulai berdatangan. Suporter Liverpool dialokasikan ke loket barat Stadion Hillsborough sehingga rute itu akan menjauhkan mereka dari suporter Nottingham Forest yang datang dari selatan. Jalur tersebut juga berarti semua pendukung Liverpool harus melewati satu sektor yaitu Leppings Lane yang hanya memiliki 7 pintu.

tragedi sepak bola tragis di hillsborough

Ribuan suporter Liverpool memadati sektor Leppings Lane. Sementara hanya 7 gerbang tersedia. Credit: BBC (https://www.bbc.com/news/uk-19545126)

Suporter emosi akibat palang pintu otomatis yang seharusnya mempermudah rupanya malah membuat mekanisme pengecekan tiket sangat lama, sementara pihak kepolisian kian kehabisan waktu. Karena gegabah, kepolisian kemudian membuka sektor C dan membuat stadion membludak. Hal ini membuat suporter Liverpool yang berjumlah ribuan memaksa untuk masuk ke stadion menjelang kick off pertandingan.

Pada pukul 15.06, saat laga sudah berjalan beberapa menit, suporter tampak tumpah ruah ke lapangan. Pagar penonton roboh dan tak lama setelahnya, korban berjatuhan sehingga pertandingan dihentikan.

Ada 730 penonton yang mengalami luka-luka, dan 96 suporter Liverpool meninggal dalam tragedi sepak bola paling mengerikan itu. Mereka yang pulang dengan selamat, mengalami trauma yang luar biasa hebat. Menurut laman resmi Liverpool korban insiden ini bertambah lagi satu dalam beberapa tahun terakhir menjadi 97.

4. Tragedi Timnas Zambia

27 April 1993, delapan belas pemain, lima ofisial, wartawan, dan kru tewas dalam sebuah tragedi pesawat jatuh tim sepak bola Zambia, selasa malam, dua kilometer di lepas pantai Gabon.

Insiden tragis itu adalah tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Zambia. Pasalnya, pemain sepak bola yang meninggal dalam kecelakaan pesawat tersebut dianggap sebagai generasi emas Timnas Zambia.

Pesawat yang membawa timnas Zambia itu dijadwalkan berhenti tiga kali untuk mengisi bahan bakar, yaitu di Brazzaville (Kongo), Libreville (Gabon), dan Abidjan (Pantai Gading) sebelum tiba di Dakar, Senegal. Penerbangan itu dilakukan Timnas Zambia dalam rangka menghadapi Senegal pada Kualifikasi Piala Dunia 1994 zona Afrika.

Timnas Zambia menggunakan pesawat DHC-5 Buffalo milik angkatan udara Zambia (ZAF) karena Asosiasi Sepak Bola Zambia (FAZ) tidak mampu menerbangkan tim secara komersial ataupun menyewa pesawat.

Ketika pesawat sampai di Brazzaville, pesawat sudah diketahui mengalami kendala mesin. Namun, penerbangan tetap dipaksakan lanjut menuju ke Libreville. Dua menit setelah meninggalkan Libreville, pesawat mengalami kecelakaan dan menewaskan 25 penumpang dan lima kru.

Enam pemain anggota Olimpiade 1988, termasuk kiper Efford Chabala, meninggal. Selain itu ada pemain muda terbaik Zambia 1992, Moses Chikwalakwala, yang saat itu masih berusia 19 tahun.

Penyebab kecelakaan pesawat sempat menjadi misteri karena tidak ada kotak hitam di pesawat militer. Sempat muncul kabar bahwa militer Gabon menembak jatuh pesawat karena mengira ada invasi. Namun, pada 2003 laporan resmi menyebut pesawat mengalami kecelakaan karena kerusakan mesin bagian kiri.

5. Gol Bunuh Diri Escobar 1994

Kisah tragis sepak bola satu ini bukan perkara gol bunuh diri, tapi tragedi setelah gol bunuh diri itu terjadi, yang menyebabkan seorang pemain sepak bola meninggal dunia.

Kolombia yang tampil memukau di babak kualifikasi Piala Dunia Zona Amerika harus memulai Piala Dunia 1994 dengan kekalahan 1-3 dari Rumania. Sementara di pertandingan selanjutnya, mereka harus menghadapi tuan rumah Amerika Serikat di partai kedua.

Pada 22 Juni 1994, Andres Escobar turun sebagai starter sekaligus kapten Kolombia saat menghadapi tuan rumah, Amerika Serikat. Di menit ke-35, sebuah umpan silang yang dilepaskan John Harkes coba dipotong sang kapten. Escobar merentangkan kakinya dalam posisi menghadap gawang sendiri. Sayangnya, upaya Escobar tersebut malah melahirkan sebuah gol bunuh diri. Bola melintir masuk ke gawang sendiri sementara kiper sudah terlanjur mati langkah.

Kolombia kalah 1-2 di laga tersebut, membuat peluang mereka lolos dari fase grup menyempit. Pada akhirnya, Kolombia tersingkir dari Piala Dunia meski menang atas Swiss di partai terakhir.

Enam hari setelah Kolombia tersingkir, tepatnya pada 2 Juli 1994, Escobar meninggal dunia. Sekelompok orang, terdiri dari tiga orang, mendatanginya saat ia berada di mobil. Mereka lantas menembaki Escobar, sambil berteriak ‘Gol!’

Enam peluru menembus tubuh Escobar. Dia dibawa ke rumah sakit namun nyawa pemain sepak bola ini tak tertolong, ia dinyatakan meninggal dunia beberapa menit setelah tiba di rumah sakit.

Insiden penembakan ini banyak dikaitkan sebagai pembalasan atas gol bunuh diri Escobar. Cerita-cerita yang berkembang kemudian turut menyinggung soal keterkaitan kartel judi dan narkoba.

Lebih dari 100 ribu warga Kolombia yang berduka hadir ke pemakaman Escobar. Sejumlah orang meneriakkan tuntutan agar keadilan ditegakkan.

6. Tragedi Kanjuruhan, Arema VS Persebaya 2022

Sepak bola Indonesia berduka, sebuah tragedi amat kelam terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, seusai pertandingan antara Arema VS Persebaya (1/10/2022). Melansir dari okebola, 125 korban tewas pada kerusuhan yang terjadi di markas Singo Edan itu.

Singo Edan mengalami kekalahan 2-3 dari rivalnya Bajul Ijo di derby Jawa Timur. Suporter Arema, Aremania, yang tak terima dengan kekalahan tersebut berbuat kerusuhan dengan merangsek masuk ke lapangan. Serbuan suporter ke dalam lapangan itu dihalau oleh polisi dengan menembakkan gas air mata.

Gas air mata ditembakan bukan hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton. Hal itu memicu kepanikan suporter. Akibatnya massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga terinjak-injak.

125 orang meninggal akibat kekurangan oksigen saat terjadi penumpukan massa pada tragedi di stadion Kanjuruhan, 32 di antaranya adalah anak-anak. Di samping memakan jumlah korban meninggal yang amat banyak, kerusuhan usai laga Arema Vs Persebaya ini juga berimbas pada 302 orang mengalami luka ringan dan 21 orang luka berat.

Buntut dari tragedi, yang memakan korban nyawa ini, membuat PT Liga Indonesia Baru (LIB) berkeputusan untuk menghentikan Liga 1 2022 selama sepekan.

Itulah tragedi tragis sepak bola yang pernah terjadi di dunia, Speakers.

Baca artikel menarik lainnya di rubrik Offside untuk mendapatkan berita terkini dan unik dari dunia sepak bola. Bicara bola yaSpeakBolaaja!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Offside