(speakbola.com) – Seiring berkembangnya taktik di dunia sepak bola, pakem formasi 4-4-2 yang jadi favorit pelatih era 1990 hingga 2000-an mulai ditinggalkan. Penempatan para duet striker terbaik di ujung formasi mulai bergeser menjadi trio atau satu bomber saja.
Tim-tim era modern saat ini lebih sering menggunakan pakem 4-3-3, 4-2-3-1, atau 3-4-3. Kondisi ini secara langsung menggerus kemitraan duo penyerang yang amat populer di era 90an.
Kini sebutan penyerang juga tidak hanya identik kepada dua striker atau seorang bomber saja tapi juga bisa seorang winger. Ambil contoh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, mereka adalah penyerang tajam yang beroperasi di sisi kanan atau kiri lapangan.
Namun sejatinya perkembangan taktik sepak bola tidak serta merta menyebabkan hilangnya duet maut di lapangan. Hanya saja duet itu saat ini bisa terjadi antara striker dengan winger atau striker dengan gelandang. Kalaupun ada duet antara striker dengan striker jumlahnya tidak sebanyak dan seikonik dahulu.
Untuk itu, demi menyegarkan ingatan Speakers sekalian, rubrik Offside kali ini akan menyuguhkan duet-duet striker maut yang menjadi momok di era 90-an.
1. Chiesa – Crespo
Era keemasan sepak bola Italia berada di akhir masa 90-an. Saat itu klub-klub dari Italia menguasai turnamen-turnamen sepak bola Eropa.
AC Parma adalah salah satu klub Italia yang sempat mencicipi masa keemasan itu. Sebelum dilanda kebangkrutan dan menjadi tim medioker, Parma adalah salah klub berbahaya di Serie A dekade 1990-an.
Diperkuat Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Fabio Cannavaro, Veron, dan Dino Baggio, klub kota keju ini juga memiliki duet striker terbaik pada eranya, yaitu Enrico Chiesa dan Hernan Crespo.
Duet Chiesa dan Crespo berlangsung selama tiga musim, dengan Chiesa sendiri melesakkan 33 gol sedangkan Crespo 62 gol. Di samping itu, duet maut dua striker ini juga mampu menyumbangkan sederet trofi bagi klub. Tercatat Parma di bawah duo penyerang tajam ini mampu meraih Coppa Italia 1998/1999, UEFA Cup 1998/1999, dan Supercoppa Italiana 1999.
2. Andy Cole – Dwight Yorke
Kesuksesan Manchester United di musim 1998/1999 dalam meraih treble winner tidak bisa lepas dari kontribusi dua bomber yang mereka miliki, Andy Cole dan Dwight Yorke.
Kedua striker ini menjalin sinergi brilian dalam menjadi lini gedor setan merah. Duet mereka disokong Giggs di sisi kiri, Beckham di kanan, serta Roy Keane dan Scholes di tengah, mampu mencetak 53 gol di semua kompetisi sepanjang musim 1998/1999.
Kombinasi passing satu-dua sentuhan keduanya nyaris tidak bisa dihentikan bek-bek lawan. Duet Cole dan Yorke menjadi salah satu duet striker terbaik di liga Inggris saat itu.
“Dwight dan saya adalah kutub yang berlawanan, itu sebabnya kami cocok. Apa yang dia suka, saya tidak, dan sebaliknya. Kami adalah Ying dan Yang.” – Andy Cole
Dalam sebuah interview bersama planetfootball, Andy Cole mengungkapkan resep keberhasilan duetnya bersama Yorke. Menurutnya, justru karena mereka amat berbeda yang menyebabkan mereka menjadi cocok membentuk duet maut terbaik di Manchester United.
3. Salas – Zamorano
Marcelo Salas dan Ivan Zamorano membentuk sebuah duet maut di lini serang Timnas Chili. Duet antara senior dan junior ini dianggap sebagai salah satu duet paling mematikan dalam sepak bola internasional.
Ivan Zamorano sudah lebih dulu menjadi anggota Tim Nasional Chili ketika Marcelo Salas muncul sebagai wonderkid, menerobos dari Timnas junior ke senior Chili pada tahun 1994.
Duo striker terbaik di Amerika Selatan ini memainkan peran penting dalam perjalanan negara mereka menuju Piala Dunia 1998. Saat kualifikasi, SaZa, begitu pasangan emas ini disebut, membuat serangkaian momen yang tak terlupakan dan secara dramatis berangkat ke Prancis.
Duo SaZa terlibat hebat saat Chili memusnahkan Ekuador 4-1 di babak kualifikasi Piala Dunia 1998. Zamorano menjaringkan 2 gol manakala Marcelo Salas menjaringkan 1 gol dan 1 assist kepada Zamorano ketika itu.
Seterusnya mereka berdua konsisten saling menyumbangkan gol ataupun assist ketika bermitra di lini serang Chili. Prestasi cemerlang mereka berdua membuat tim kuda hitam Chili melaju ke Piala Dunia Prancis 1998.
Yang mengagumkan dari duet mereka adalah, Saza muncul sebagai pencetak gol terbanyak saat babak kualifikasi Piala Dunia 1998 zona Amerika Selatan. Masing-masing menjaringkan 12 dan 11 gol. Total 23 gol persembahan duet striker ini sudah cukup untuk memberitahu dunia bahwa salah satu duet striker terbaik dunia ada di Chili.
4. Romario – Bebeto
Dekade 90-an adalah salah satu masa keemasan Tim Nasional Brasil di kancah dunia. Pada masa itu, tim samba berhasil menjadi juara Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Keberhasilan menjadi juara dunia itu tidak lepas dari dua sosok penting lini depan mereka, Romario dan Bebeto.
Selama turnamen empat tahunan itu, Romario dan Bebeto menjalin kemitraan yang amat brilian. Total delapan gol mereka jaringkan untuk Brasil dalam turnamen akbar tersebut. Bebeto mengoleksi 3 gol sementara tandemnya Romario 5 gol. Kerjasama mereka berdua menjadi salah satu duet striker terbaik di Piala Dunia 1994.
Salah satu aksi yang paling diingat dari duet legendaris ini adalah saat babak perempar final di mana Brasil bertemu dengan Belanda. Bermain di stadion Rose Bowl dan di saksikan 64.000 penonton, Romario membawa Brasil memimpin 1-0 dengan gol klasiknya. Siapa pengumpannya? tentu saja sang rekan, Bebeto dari sisi kiri.
Sepuluh menit kemudian, tim Samba menambah keunggulan, kali ini giliran Bebeto mencetak gol dan merayakannya dengan sebuah selebrasi ikonik, yaitu menimang bayi. Usai melakukan selebrasi itu, Bebeto langsung merangkul pemain di sebelahnya, dia adalah Romario rekan duetnya,
Chemistry antara Romario dan Bebeto di dalam lapangan adalah hal alami, padahal dalam kehidupan pribadi, mereka memiliki hubungan yang tidak harmonis. Di luar lapangan, salah satu duet striker terbaik sepanjang masa ini memiliki pandangan, kepribadian, dan gaya hidup yang berbeda sehingga ketika bersatu mereka mampu melebur menjadi duo subur.
“Kami adalah orang yang berbeda, Bebeto adalah tipe keluarga, tinggal di rumah. Sedangkan saya kucing jalanan.” – Romario, dikutip dari thesefootballthemes.
5. Del Pippo – Duet Striker Terbaik Liga Italia Serie A
Salah satu duet striker paling berbahaya di akhir dekade 90-an, Alessandro Del Piero dan Filippo Inzaghi. Entah bagaimana Inzaghi si raja offside dapat menjadi sejoli yang amat pas bagi sang fantasista, Alessandro Del Piero.
Inzaghi, yang musim sebelumnya, 1996/1997, menjadi top skor Serie A setelah menyumbang 24 gol untuk Atalanta direkrut Juventus demi mengisisi posisi lini gedor Si Nyonya Tua yang kosong usai ditinggal Christian Vieri ke Atletico Madrid dan Alen Boksic ke Lazio.
Dengan disokong playmaker sekelas Zinedine Zidane, duet Del-Pippo menjadi momok bagi pertahanan lawan. Selama priode duet mereka, yaitu empat musim, pasangan emas ini mengantarkan Nyonya Tua meraih titel Serie A 1997/1998, Piala Super Italia 1997, dan UEFA Intertoto Cup 1999.
Pada musim 1997/1998, kolaborasi Del-Pippo menghasilkan 39 gol dari 67 laga Juventus. Si Nyonya Tua pun sukses merengkuh scudetto yang ke-25.
Seiring berkembangnya permainan sepak bola ke arah yang lebih cepat dan dinamis, muncul lini gedor baru di dunia sepak bola. Bukan lagi duo yang menjadi primadona, kini trio yang merajalela. Sebut saja trio Bale-Benzema-Ronaldo (BBC), Messi-Neymar-Suarez (MSN), dan yang terkini ada Messi, Neymar, Mbappe (MNM) di PSG.
Pun demikian, duet-duet maut di atas tetap patut di kenang sebagai duet striker terhebat sepanjang masa.
Bicara bola ya SpeakBola aja!